Mungkin kita tidak pernah menyangka kalau tidur ternyata diperlukan untuk daya ingat. Tanpa tidur kita akan kesulitan mengingat informasi-informasi yang kita lihat, alami dan pelajari. Namun, disini menyangkut tidur yang sehat. Bagaimana sih tidur yang sehat itu?
Tidur, baik yang berkonotasi lempeng maupun miring, memang sama-sama menyenangkan. Tidur dalam arti yang sebenarnya bisa membuat badan dan pikiran terasa segar. Berbagai bentuk informasi, baik dari proses melihat, mengalami, maupun belajar saat dalam kondisi terjaga atau terbangun akan terekam baik di memori kita, sehingga kita bisa mengingatnya. Sementara, tidur yang berkonotasi miring juga bikin senang, dengan alasan lain.
Sehabis belajar,tidur!
Hasil penelitian mengungkapkan tidur diperlukan untuk konsolidasi memori (mengingat). Artinya, tanpa tidur, segala sesuatu yang kita lihat, alami, pelajari tidak akan bisa kita ingat untuk jangka panjang. Ia merupakan pasangan abadi dari keadaan terjaga atau bangun. Ketika dalam keadaan terjaga, kita bisa melakukan berbagai aktivitas, termasuk belajar. Agar semuanya bisa dilihat kita harus tidur.
Fungsi mengingat tersebut sebenarnya cuma salah satu manfaat tidur, masih banyak lagi kegunaan tidur, tapi cuma beberapa yang sudah berhasil diungkap. “Sampai saat ini memang belum diketahui secara komprehensif menfaat tidur. Yang diketahui baru sepotong-sepotong, misalnya bermanfaat untuk konsolidasi memori (mengingat), sintesis bahan-bahan makanan atau sel-sel jaringan, restorasi kelelahan dan cedera dan sebagainya. Itu sebagian saja yang bisa diungkap oleh peneliti tidur. Tapi rasa nikmat dari kesegaran tubuh sesudah tidur yang sehat, tidak bisa dijelaskan oleh penelitian yang fragmenter ini, sehingga apa yang terjadi dari setiap jaringan/organ tubuh selama tidur, masih belum diketahui sepenuhnya,” jelas Prof.Dr.dr.H.Aboe Amar Yoesoef, SpS (k), kepala lab/SMF ilmu penyakit saraf FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
Tidur mimpi mengkonsolidasi memori
Tidur sebenarnya mekanisme tubuh untuk memberikan kesempatan tubuh dan otak melakukan recovery setelah seharian melakukan aktivitas fisik dan non fisik. Tidur juga merupakan bagian dari siklus bioritme harian (sircandian).
Kita tidur bukan atas kemauan kita sendiri, melaikan atas paksaan dari jam tubuh (body clock), yang terletak di hipotalasmus. Dalam tidur normal terjadi dua fase, yakni tidur lelap dan tidur mimpi. Yang pertama itu tidur tanpa disertai dengan gerakan bola mata yang cepat (Non rapid eye movement sleep,NREMS). “tidur ini terkadang diserati mimpi, tetapi orang yang bersangkutan tidak bisa menceritakan isi mimpinya, sehingga disebut tidur tanpa mimpi,”tambah Aboe.
Sedangkan tidur mimpi adalah tidur dengan gerakan mata cepat ( rapid eye movement sleep,NREMS). Pada fase ini biasanya disertai mimpi aneh, tidak masuk akal, terkadang disertai dengan gerakan anggoata tubuh. Orang dewasa normal tidurnya terdiri atas75-80% tidur lelap dan 20-25 % tidur mimpi. Selama masih dalam toleransi otak, pergeseran persentase fase tidur tadi tidak akan mengganggu,karena ia akan kembali ke siklus semula, misalnya kalau tidur mimpinya terganggu, maka ia akan ‘dibayar’ pada kesempatan lain ketika tidak ada gangguan, sehingga pola tidur akan kembali.
Selama tidur lelap, terjadi sintesis protein dan RNA yang akan digunakan saat tidur mimpi.”jadi, selama tidur lelap terjadi pembentukan suku cadaang sel-sel tubuh untuk mengganti sel-sel rusak. Tidur lelap berguna juga untuk mencegah kelelahan fisik maupun psikis. Juga bermanfaat untuk memulihkan nyeri, luka atau cedera,
”jelas Aboe.
Selanjutnya, selama tidur mimpi diduga terjadi perbaikan, reorganisasi, serta pembentukan sircuit sususnan syaraf baru dipermukaan otak (cortex celebri) dan sistem andrenergik yang dibutuhkan untuk aktivitas sistem retikuler (ARS, Ascending reticular activity system) untuk menyiapkan kesiapsiagaan ketika bangun tidur.
“Kalau ARAS kecapekan, misalnya saja karena kurang tidur. Lama-lama kita tidak bisa bangun sempurna.” Para ahli juga berpendapat, tidur mimpi bermanfaat untuk kompetensi kognisis dan proses belajar dan mengkonsolidasi memori. Bila tidur mimpi terganggu, kemampuan belajar terganggu atau menurun.
Bisa ulang-alik
Bagaimana prosesnya sehingga kita bisa mengingat? Ketika kondisi bangun dan belajar, ada masukan yang ditangkap oleh panca indera. Lalu, masukan diteruskan ke sel otak bagian korteks, dan diterima sel saraf di hipokampus. Lalu, ketika sedang istirahat dan mulai tidur, masukan sensoris disimpan unuk jangka pendek di hipokampus, amigdala, dan korteks dalam bentuk ingatan jangka pendek (short term memory). Ini berkas proses ‘dialog’ pertukaran informasi ketika tidur. Selama tidur lelap terjadi ‘dialog’ pertukaran informasi dari hipokampus ke korteks. Sebaliknya, ketika tidur mimpi pertukaran informasi terjadi dari korteks ke hipokampus.
“Dari tidur lelap, seseorang bisa terbangun, misalnya karena batuk, mau buang air kecil, karena tempat tidur kurang nyaman. Nah, dari tidur lelap bisa berlanjut ke tidur mimpi , lalu tidur lelap lagi. Jadi, bisa berulang. Baru setelah memasuki akhir tidur, setelah tidur mimpi kita baru bangun. Jadi siklusnya dari ke bangun bisa ulang-alik, dari tidur lelap ke tidur mimpi, kecuali karena pengaruh obat,” jelas guru besar madya di FK Unair ini. “Untuk mencapai tidur berkualitas, proses bergantian tidur lelap dan tidur mimpi mesti ada. Keduanya diperlukan untuk kesehatan tidur.” Tambahnya.
Utang tidur harus dibayar
Lamanya tidur banyak dipengaruhi pelbagai faktor, seperti kebiasaan, sosiokultural, dan sebagainya. Yang berlaku umum adalah sekitar delapan jam. Dari penelitian, rata-rata lama tidur berkisar 5-10 jam dalam 24 jam sehari. Di luar itu memang ada, tapi jumlahnya kecil. Di dalamnya termasuk orang-orang yang mengaku mampu tidur Cuma 2 jam sehari.
“Kalau dia berkata benar, mungkin karena dia termasuk kelompok ekstrem itu. Kalau dia hanya sekedar ngomong, misalnya untuk menunjukkan bahwa ia butuh waktu istirahat dan sisanya untuk bekerja, mungkin ia termasuk orang yang seringkali tidur tanpa sadar, tapi tidurnya sepotong-sepotong saat mengantuk itu. Ini mungkin tidak dihitung. Yang dihitung, hanya ketika tidur terlentang enak,”rtutur Aboe
tidur orang tua umumnya singkat. Sebaliknya dengan bayi, hampir sepanjang hari dilewatlkannya dengan tidur. “selama fase bayi pertumbuhan sel-sel saraf belum sempurna, sehingga diperlukan waktu tidur lebih lama untuk perbaikan saraf, pembentukan sinap-sinap banyak yang rusak dan sel-sel banyak yang mati. Mungkin iniu yang menyebabkan terjadinya perbedaan lama tidur.”jelas pria kelahiran Bojonegoro ini.
Pada lansia,”meskipun banyak berbaring, sebenarnya mereka tidak tidur, melainkan Cuma tiduran. Tidur mereka memang semakin sulit dan sedikit. Karena itu kita perlu memberi perhatian khusus kepada mereka. Karena degenerasi sel, kemampuan memorynya sudah berkurang. Nah, kalau keadaan ini ditambah dengan kurang tidur, kemampuan memory mereka akan cepat turun,” imbuhnya.
Secara umum, manusia memiliki batas toleransi terhadap gangguan tidur selama tiga minggu.”jadi, kalau ada gangguan terus menerus selama tiga minggu, baru akan mengganggu kesehatan yang bersangkutan,”kata Aboe
“Pada mereka yang terpaksa bekerja pada malam hari pun, tubuh mampu menyesuaikan kondisi tersebut. Mungkin pada tahan awal, orang akan susah untuk memaksa dirinya tetap melek pada malam hari. Dengan berbagai upaya misalnya dengan minum kopi, akhirnya bisa berhasil. Kita memang bisa memanipulasi. Tetapi utang tidur (di malam hari) itu harus dibayar pada kesempatan pertama. Begitu itu lepas dari kewajiban untuk melek, kantuknya akan muncul. Itulah , waktu untuk membayar utang tidur malam harinya”Lewat batas tiga minggu, kemampuan sel saraf otak untuk beradaptasi menjadi luar biasa, sehingga mampu menyesuaikan pola hidup di mana malam bisa tidak tidur, dan siang hari bisa tidur.
Perubahan pola tidur ini tidak berpengaruh terhadap kesehatan selama tubuh bisa menyesuaikan diri terhadap pola tidur (yang baru), yakni malam hari melek dan siang hari tidur. Tetapi kalau dipaksakan terus, misalnya dengan menggunakan obat-obatan, tubuh tidak akan tahan juga. Akan muncul dampak tidak baik. Gangguan kesehatan yang biasanya muncul akibat kurang tidur diantaranya adalah kelelahan, penurunan psikomotor, hipersensitif terhadap rangsangan nyeri, urang gesit, sulit dalam hubungan sosial, peningkatan libido, gangguan konsentrasi berpikir, bingung, emosi labil, ingatn menurun, dan gangguan kejiwaan. Untuk menghindari semua itu kita harus menutupi kekurangannya.(I Gede Agung Yudana)
0 comments:
Post a Comment
Makasih yah kalau uda mau kasih comment^^
Kritik dan Saran Diterima kok^^